Head Office PT. Solid Gold Berjangka

Jl. KH. Mansyur Kav. 126, Jakarta Pusat 10220 Telp : 021-29675088 (Hunting), Fax : 021-29675089

PT. Solid Gold Berjangka Lampung

Jl. Ahmad Yani No. 55, Tanjung Karang - Bandar Lampung 35117 Telp : 0721-255038, Fax : 0721-255027

PT. Solid Gold Berjangka Palembang

Jl. Sumpah Pemuda Blok 1 No. 7 C-E, Lorok Pakjo, Palembang 30137 Tel : 0711-363300 Fax : 0711-363613

PT. Solid Gold Berjangka Makassar

Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 108 A-B, Makassar 90124 Telp : 0411-851010, Fax : 0411-851090

PT. Solid Gold Berjangka Semarang

Gedung Menara SUARA MERDEKA Lt. 3. Jl. Pandanaran No. 30 Semarang 50134 Telp : 024-3583979, 3583980 Fax : 024-3583978

Senin, 10 September 2018

Solid Gold | Perputaran Uang saat Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali Capai Rp 880 Miliar



SOLID GOLD JAKARTA - Menuju Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia yang diseleggarakan di Bali pada 12-14 Oktober, BNI mendapat kepercayaan dari Panitia Nasional sebagai bank yang beroperasi secara penuh di main campus atau lokasi utama penyelenggaraan di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali.

Tidak hanya itu, BNI pun terpilih sebagai menjadi Official Bank Partner yang bertanggung jawab melayani cash management bagi Panitia Nasional.

Nantinya, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral seluruh dunia yang hadir di Bali akan menggunakan kartu Debit Virtual Account yang diterbitkan BNI. Virtual Account BNI ini didukung oleh teknologi dan sistem yang memungkinkan pemilik rekening untuk memantau setiap transaksi dari setiap rekening virtualnya, sekaligus mengelola rekening Virtual Account-nya.

"Melalui Portal, pemilik rekening dapat dengan mudah mengaktivasi & menonaktifkan rekening virtual account yang terafiliasi dengan Kartu Debit. Dengan kemampuan tersebut, Kartu Debit Virtual Account sangat cocok dipergunakan sebagai Kartu Debit Corporate, karena perusahaan dapat memantau & mengendalikan pengeluaran perusahaan, seperti perjalanan dinas pegawai atau pengeluaran operasional kantor cabang,” jelas Corporate Secretary BNI Kiryanto pada Minggu (9/9/2018) di Jakarta.

Infrastruktur pelayanan yang maksimal pun telah dipersiapkan BNI. Ini untuk menunjukkan pada pemimpin dunia bahwa Indonesia memiliki kualitas layanan kelas dunia.

Di antara infrastruktur yang dipersiapkan adalah Infrastruktur pelayanan perbankan yang telah disiapkan BNI meliputi penyediaan kantor Cabang, ATM, mesin Electronic Data Capture, Money Changer, dan Automotive Branch (OBranch).

Saat Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia tersebut berlangsung, Kantor Layanan BNI tetap dapat melayani nasabah BNI, sekaligus melayani 15.000 peserta Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia. Layanan utama yang diperkirakan akan banyak dibutuhkan oleh anggota delegasi adalah transaksi penarikan uang, layanan money changer, dan remittance.

"Untuk mengantisipasi antrian yang mungkin terjadi, selain outlet dan ATM yang telah ada pada venue utama, kami juga menyiapkan ATM tambahan dan OBranch di kawasan utama. Di pulau Bali sendiri, BNI mempunyai 515 ATM dari total 18.152 ATM yang ada di seluruh Indonesia,” jelas Kiryanto.

Walaupun ada pihak yang skeptis terhadap dampak positif dari pertemuan tersebut, tetapi Kiryanto menjelaskan bahwa Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini akan memberikan efek positif bagi perekonomian Indonesia khususnya di daerah Bali dan destinasi wisata yang dimilikinya.

Diperkirakan total perputaran uang selama acara berlangsung adalah sebesar Rp 880 miliar yang berasal dari transaksi di restoran, hotel, transportasi, dan pembelanjaan. “Lebih dari 8.800 EDC telah kami siapkan untuk mendukung tranksaksi pembelanjaan di Bali, baik yang menggunakan kartu lokal maupun kartu kredit dari Bank Luar negeri,” ucapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan para delegasi dan peserta Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia dalam hal penukaran uang, BNI telah siap melayani penukaran uang dengan dukungan 51 kantor di Pulau Bali. “Kami juga menambahkan booth-booth money changer di beberapa hotel juga layanan bank berjalan atau Obranch di titik-titik kegiatan peserta di Kawasan Nusa Dua,” tambah Kiryanto. - SOLID GOLD

sumber : liputan6

Jumat, 07 September 2018

Solid Berjangka | 3 Alasan Pelemahan Rupiah Saat Ini Berbeda dengan 1998



SOLID BERJANGKA JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus bergerak melemah. Pada perdagangan Selasa ini, rupiah menyentuh angka 15.000 per dolar AS yang merupakan level terendah dalam 20 tahun terakhir.

Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-­isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Denni Puspa Purbasari menjelaskan, meskipun pelemahan rupiah semakin dekat dengan level pada saat krisis moneter 1998, tetapi rupiah saat ini sebenarnya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan situasi saat krisis, dua dekade silam tersebut.

Menurut Denni, setidaknya, ada tiga alasan yang menjadi buktinya. Berikut penjelasannya:

1. Pelemahan tidak drastis

Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini relatif berlangsung secara perlahan dan tidak drastis. Sejak awal tahun hingga level terendahnya, rupiah melemah 9,3 %. Hal ini sangat berbeda dengan saat krisis 1998.

Tahun itu, pada 17 Juni, rupiah mencapai level terendahnya, 15.250 per dolar AS. Dihitung dari sejak awal tahun, nilai tukar rupiah terjun 124,39 %.

"Volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama krisis 1998 juga sangat tinggi dan bergerak dalam rentang yang lebar," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (4/9/2018).

Perinciannya, pada 1997, rupiah bergerak di kisaran 2.362 – 5.850 per dolar AS. Adapun, fluktuasi harga harian sepanjang tahun itu bisa menguat 12,26 % dan melemah 13,21 %.

Tahun 1998, rupiah bergerak pada rentang 5.650 – 15.250 per dolar AS. Dalam satu hari, rupiah bisa menguat 20,66 % atau melemah 24,11 %.

Nilai rupiah yang terjun bebas, diikuti dengan fluktuasi yang tinggi, ketika itu membuat hitungan bisnis kacau dan masyarakat panik.

Berbeda dengan kondisi sekarang, di mana pelaku usaha seharusnya masih bisa menyerap efek dari pelemahan rupiah yang tidak drastis dengan volatilitas yang relatif tidak terlalu tinggi.

2. Cadangan Devisa Jauh Lebih Besar

Kendati turun dari posisi akhir tahun 2017, posisi cadangan devisa saat ini masih jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi saat krisis 1998.

Saat itu, cadangan devisa Indonesia hanya mencapai US$ 23,61 miliar. Sedangkan, per akhir Juli 2018, cadangan devisa mencapai US$ 118,3 miliar. Itu berarti, lima kali lipat lebih besar ketimbang cadangan devisa 20 tahun silam.

Dengan cadangan devisa yang jauh lebih besar, bank sentral memiliki lebih banyak “modal” untuk meredam gejolak nilai tukar.

"Melihat pelemahan hari ini, misalnya, BI turun mengintervensi pasar sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu dalam," kata dia.

Singkatnya, masyarakat, termasuk pelaku pasar dan dunia usaha, tidak perlu khawatir rupiah akanterpuruk. Sebab, Bank Indonesia ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.

Di samping itu, pemerintah turut mendukung kebijakan Bank Indonesia dalam mengawal rupiah.

“Pemerintah tidak akan mengintervensi Bank Indonesia. Pemerintah terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan),” ujar Denni.

3. Kepercayaan Investor Masih Kuat

Minat investasi asing terhadap surat utang suatu negara merupakan salah satu indikator yang secara tidak langsung memperlihatkan baik buruk kondisi makroekonomi suatu negara. Logikanya, tidak ada investor yang mau menempatkan uangnya di negara yang tengah sakit.

Ketika bank sentral AS mengerek suku bunga, memang terlihat investor asing menarik dananya dari pasar surat utang Indonesia. Namun, sejak awal bulan ini, asing kembali masuk ke pasar surat utang.

Bahkan, per akhir pekan lalu, asing mencatatkan beli bersih Surat Berharga Negara sebesar Rp 6,92 triliun. Itu berarti, kepercayaan investor asing terhadap Indonesia masih kuat. Ini memberi harapan, nilai rupiah ke depan akan cenderung stabil atau tidak akan jatuh terlalu dalam.

Memperkuat keyakinan itu, lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings mengafirmasi peringkat BBB untuk surat utang Indonesia dengan outlook stabil. Peringkat ini menunjukkan Indonesia termasuk di dalam kategori layak investasi.

“Pemerintah akan memastikan bahwa fiskal bukan sumber dari ketidakpasatian,” Denni menegaskan.
- SOLID BERJANGKA

Sumber : liputan6

Kamis, 06 September 2018

PT Solid Berjangka | Jaga Rupiah, BI Intervensi Pasar Rp 11,9 Triliun



PT SOLID BERJANGKA JAKARTA - Bank Indonesia sudah intervensi di pasar surat berharga negara dengan melakukan pembelian kembali mencapai Rp 11,9 triliun. Hal itu disampaikan Bank Indonesia saat rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Komisi XI DPR RI memanggil jajaran Bank Indonesia perihal kondisi rupiah saat ini. Mata uang Garuda tersebut nilainya terus merosot terhadap dolar Amerika Serikat.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan kondisi nilai tukar rupiah terkini. Perry menjelaskan, rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat disebabkan oleh faktor eksternal.

Faktor yang dimaksud adalah kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak. Ekonomi AS menguat dan terus menaikkan suku bunga acuannya sementara negara lain melemah.

Selain itu, perang dagang yang terjadi antara AS dan China juga telah memicu pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Pola ekonomi dunia memang didasarkan kuatnya ekonomi AS, sementara negara-negara lain mengalami perlambatan, ini kenapa dolar AS kuat dan yang lain lemah," kata Perry di ruang rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Dalang utama pelemahan rupiah adalah keagresifan The Federal Reserve (The Fed) yaitu bank sentral AS yang terus menaikkan suku bunga acuannya.

Pada 2018, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya lebih dari perkiraan pasar yaitu sebanyak empat kali sepanjang 2018. Padahal, prediksi awal The Fed hanya akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali. Selain itu, US treasury bond juga meningkat semula kisaran dua % sekarang sudah menjadi tiga %.

Hal tersebut otomatis membuat para investor tergoda dan menarik dana mereka di negara-negara berkembang dan memindahkannya ke negeri Paman Sam tersebut. Otomatis persediaan Dolar di negara-negara berkembang menjadi berkurang.

"Ini juga semakin dorong investor global pindahkan portofolionya ke AS. Ini faktor-faktor yang sebabkan dolar kuat secara luas," ujar dia.

Selain faktor eksternal, ada juga faktor internal yang turut melemahkan posisi rupiah terhadap dolar AS. Yaitu membengkaknya defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit.

Sebagai informasi, CAD saat ini sudah mencapai tiga % dari Produk Domestik Bruto. Data Bank Indonesia menunjukkan defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.

Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 1,96 % dan juga lebih besar dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,2 % dari PDB atau USD 5,5 miliar.

Sementara itu, sepanjang 2017 Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan sebesar 1,7 % dari GDP tahun 2017.

Sementara negara berkembang lainnya yang mengalami defisit, antara lain Argentina defisit 4,8 %, India defisit 1,9 %, Brazil defisit 0,48 %, Filipina defisit 0,8 %, Turki defisit 5,5 %, dan Afrika Selatan defisit 2,5 %.

Jika CAD membengkak, otomatis kebutuhan akan valuta asing (valas) akan meningkat dimana hal tersebut bisa semakin membuat Rupiah terkapar di pasar. "Makanya fokus kita tangani adalah kondisi CAD, ini yang harus menjadi fokusnya,” ujar dia.

Sebagai otoritas moneter RI, BI juga tidak berpangkau tangan saja. Dalam kondisi saat ini BI sudah meningkatkan intensitas intervensi pasarnya. Perry mengungkapkan, terhitung hingga saat ini BI telah mengeluarkan dana sebanyak Rp 11,9 triliun.

"Kalau kita lihat, Kamis, Jumat, Senin, kita juga sudah lakukan , Kamis sudah Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun , Senin Rp 3 triliun, kemarin  Rp 1,8 triliun," ujar dia.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan pihaknya tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di pasar.

"Saya menegaskan komitmen BI sangat kuat jaga stabilitas ekonomi termasuk nilai tukar Rupiah," kata Perry di mesjid kompleks BI, Jumat 31 Agustus 2018.

Dia mengungkapkan BI telah meningkatkan intensitas intervensinya di pasar. "Khusunya dalam dua hari ini kita meningkatkan volume intervensi valas bahkan sejak kemarin dari pagi sampai sore kita lakukan intervensi di pasar valas," ujar dia.

Selain itu, dia juga mengungkapkan BI telah memborong Surat Berharga Negara dari pasar sekunder. "Tadi pagi menjelang jam 11 berapa yang kita beli 3 Triliun itu hampir semua yang dijual asing kita beli," ungkapnya.

BI juga akan melakukan lelang swap dengan target cukup besar dalam rangka langkah - langkah stabilisasi Rupiah.

"Hari ini kita juga terus secara buka lelang fx swap target 400 juta isnyaalah yang masuk lebih besar dari itu. Setiap hari kita juga buka window mengenai swap hedging dan itu terus kita lakukan."

Dia menegaskan BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi menjaga stabilitas sistem keuangan dalam negeri.

"Dan koordinasi secara erat dengan kemenkeu dan OJK pastikan stabilitas sistem keuangan, stabulitas nilai tukar tetap terjaga."

Selain itu, dia juga meyakinkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. "Yakinkan bahwa kondisi ekonomi kita  kuat dan tahan, dan tentu saja kita akan tetap wasapdai apa yang terjadi di negara lain seperti Turki dan Argentina sejauh ini kami tentu saja ketahan ekonomi kita cukup kuat." - PT SOLID BERJANGKA

sumber : liputan6

Rabu, 05 September 2018

PT Solid Gold Berjangka | Pelemahan Rupiah 2018 Tak Separah Krisis 1998



PT SOLID GOLD BERJANGKA JAKARTA -  Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika menyatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang saat krisis 1998. Meski nilai tukar rupiah saat ini tengah melemah ke level 14.800 per dolar Amerika Serikat.

"Jika dibandingkan 1998, seperti yang kerap dirujuk oleh banyak pengamat, situasinya tentu sangat berbeda," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6 di Jakarta, Selasa (4/9/2018).

Erani mengatakan, saat krisis 1998, hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang tidak baik. Contohnya, pertumbuhan ekonomi yang minus dan inflasi yang melambung tinggi.

"Pertumbuhan pada tahun tersebut minus 13,1 %, ekonomi betul-betul berkabut tebal. Nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.650 per dolar padahal IHSG pada saat itu hanya 256, sekarang terus tumbuh menjadi 5.700-an. Dan inflasi melambung sampai 82,4 %," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, saat 1998 cadangan devisa Indonesia hanya USD 17,4 miliar dollar dan kredit bermasalah atau Nonperforming Loan luar biasa tinggi hingga 30 %.

"Dan CAR minus 15,7 % sektor perbankan amat rapuh. Itu masih ditambah dengan suku bunga acuan BI yang mencapai 60 % dan rasio utang terhadap PDB sebesar 100 %," ungkap dia.

Melihat data tersebut, lanjut Erani, secara keseluruhan situasi yang terjadi sekarang ini dalam koridor ekonomi yang terkelola dengan baik, terlebih bila dibandingkan dengan 1998.

"Pemerintah dan BI terus memonitor kondisi ekonomi dan bertekad untuk memerbaiki defisit transaksi berjalan agar tekanan terhadap pelemahan rupiah makin berkurang. Beberapa kebijakan sudah diambil dan terus ditambah mengikuti dinamika ekonomi yang terjadi. Saling bergandengan tangan dan menumbuhkan sikap positif akan sangat membantu penguatan ekonomi nasional ke depan," tandas dia.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Namun pelemahan rupiah ini tidak terlalu dalam jika dibandingkan mata uang di beberapa negara lain.

Dikutip dari data Reuters, dari awal tahun hingga Akhir Agustus atau year to date, rupiah hanya melemah 8,4 %. Angka tersebut lebih kecil jka dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Untuk periode yang sama, rupe India mengalami 10,4 % dan Rubel Rusia tertekan hingga 15,1 %. Tak hanya negara tersebut, mata uang rand Afrika Selatan melemah hingga 16,7 %.

Sedangkan untuk mata uang real Brasil mengalami tekanan yang cukup dalam mencapai 20,4 %. Untuk Lira Turki pelemahannya hingga 42,9 % dan peso Argentina mencapai 51,1 %.

Sedangkan khusus sepanjang Agustus 2018, rupiah hanya melemah 1,6 %. Jauh di bawah peso yang tercatat 26 % dan lira yang mencapai 25 %.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini bukan karena faktor dari dalam negeri tetapi lebih terserah karena faktor eksternal.

"Aksi jual lira Turki dan peso Argentina sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah," jelas dia.

Saat ini memang Turki dan Argentina tengah masih dalam fase ketidakpastian ekonomi. Hal tersebut membuat investor melepas aset-aset beresiko seperti mata uang di negara berkembang termasuk rupiah.

Namun memang, pelemahan rupiah tidak terlalu besar karena kondisi ekonomi makro cukup stabil. Bahkan BI sebelummnya telah melakukan aksi antisipasi dengan menaikkan suku bunga acuan selama beberapa kali.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa seharusnya pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik.

"Likuiditas terjaga baik, non performing loan di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 % menjadi 2,7 %." kata Mirza. - PT SOLID GOLD BERJANGKA

sumber : liputan6

Selasa, 04 September 2018

Solid Gold Berjangka | Jejak Teroris Rajendra, Serang Mako Brimob hingga Tembak Polisi di Tol Cipali



SOLID GOLD BERJANGKA JAKARTA - Tiga penembak dua anggota polisi di Tol Cipali, Jawa Barat beberapa waktu lalu ditangkap. Dua orang di antaranya yakni Rajendra Sulistiyanto alias RS dan Ica Ardeboran alias IA ditembak mati karena melawan saat ditangkap.

Rajendra merupakan anggota Jamaah Anshor Daulah Cirebon yang cukup lama diburu polisi. Dia terlibat sejumlah aksi teror, salah satunya penyerangan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Mei 2018.

"RS merupakan kelompok JAD Cirebon di bawah pimpinan Heru Komarudin yang sudah ketangkap atas perkara penyerangan Mako Brimob Depok Mei lalu," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (3/9/2018).

Dari pemeriksaan Heru, diketahui ada delapan anggota JAD Cirebon yang terlibat penyerangan Mako Brimob. Empat di antaranya sudah ditangkap, yakni Heru, Ahmad Surya, Suki, dan Sandi. Sementara empat lainnya yang saat itu masih buron yakni Rajendra, H, H, dan N.

Rajendra juga terlibat dalam aksi pembacokan terhadap anggota Polsek Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah bernama Aiptu Sakiyo pada 11 Juli 2018. Dia beraksi bersama H yang hingga kini masih buron.

Rajendra yang merupakan menantu Ahmad Surya ini juga terlibat pembacokan terhadap anggota Sabhara Polres Cirebon Kota bernama Brigadir Angga pada Senin 20 Agustus 2018. Dia kembali beraksi bersama H dan berhasil merebut senjata api jenis revolver milik Angga.

Bermodal senpi rampasan tersebut, Rajendra menembak dua petugas patroli jalan raya Ditlantas Polda Jawa Barat bernama Ipda (Anumerta) Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana saat berpatroli di KM 224 Tol Cipali pada Jumat 24 Agustus 2018 malam. Kali ini, dia beraksi bersama Ica dan Suherman alias S.

Aksi tersebut sempat mendapat tembakan balasan dari Ipda Dodon. Namun ketiga pelaku berhasil melarikan diri dalam kondisi luka tembak. Para pelaku juga sempat ke Rumah Sakit dr Soesilo di Slawi, Tegal, Jawa Tengah untuk mendapat perawatan medis esoknya.

"Salah seorang (pelaku) mengaku polisi dan membawa tersangka dengan luka tembak. Ia luka tembak di atas pinggang dan tangan kanan bawah ketiak. RS luka tembak di ulu hati. Satu orang menunggu di luar dan terpantau CCTV," beber Setyo.

Berbekal bukti dan data yang dimiliki kepolisian, Suherman berhasil ditangkap pada Minggu 2 September 2018. Polisi juga menangkap dua orang berinisial C dan G yang dalam kasus ini berperan membantu namun tak terlibat langsung.

Senin sekitar pukul 9.30 WIB pagi, Densus 88 Anti-teror Polri akhirnya berhasil menangkap Rajendra dan Ica. Namun keduanya melakukan perlawanan menggunakan senpi hasil rampasan. Polisi pun memberikan tindakan tegas kepada keduanya hingga tewas.

Polisi terus mengembangkan kasus tersebut dan berhasil menangkap dua terduga teroris lainnya berinisial KA dan MU. Keduanya diduga terlibat membantu aksi penyerangan di Tol Cipali meski tidak terjun langsung ke lokasi.

Setyo menduga, serangkaian aksi teror ini merupakan bentuk balas dendam. Apalagi mertua Rajendra bersama tiga anggota JAD Cirebon lainnya yang terlibat penyerangan Mako Brimob, Depok telah diringkus aparat Densus 88 Anti-teror Polri pada Juli 2018.

"Diduga kuat bahwa ini motifnya serangan balas dendam. Jelas-jelas dari delapan yang akan menyerang Mako Brimob, empat sudah ditangkap dan empat masih buron. Empat ini yang lakukan penyerangan di beberapa tempat," ucap Setyo.

Dalam penangkapan ini, polisi menyita barang bukti berupa satu senpi jenis revolver, satu butir peluru, empat selongsong peluru kaliber 38 mm, dua senjata tajam, dua sepeda motor, dan pakaian pelaku saat menembak petugas di Tol Cipali.

Para pelaku dijerat Pasal 15 Jo Pasal 6, Pasal 15 Jo Pasal 9 UU No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme.

Sebelumnya, dua anggota Subdit Patroli Jalan Raya Ditlantas Polda Jawa Barat Ipda (Anumerta) Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana ditembak sekelompok orang saat berpatroli di KM 224 Tol Cipali pada Jumat 24 Agustus 2018 malam. Dodon meninggal dunia beberapa hari kemudian setelah sempat dirawat di rumah sakit. - SOLID GOLD BERJANGKA

Sumber : liputan6

Senin, 03 September 2018

Solid Gold | Ada Krisis Venezuela, Tren Koreksi IHSG Berlanjut



SOLID GOLD JAKARTA - Krisis ekonomi yang menempa negara Venezuela turut berdampak pada laju pergerakan saham di Indonesia, yakni Laju Indeks Harga Saham Gabungan. Sentimen eksternal ini dipandang berperan besar menarik IHSG ke zona negatif untuk perdagangan Senin pekan ini.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi Taulat mengatakan, IHSG bakal terkoreksi akibat krisis pada negara itu serta pelemahan nilai tukar rupiah yang masih cukup besar pengaruhi gerak indeks. Ia memproyeksikan IHSG akan berada di rentang 5.040-6.034.

"Melemahnya nilai tukar rupiah serta sesi bertambahnya negara emerging market yang terancam bangkrut seperti Argentina dan Turki menjadi kekhawatiran investor asing terhadap negara berkembang untuk masuk," tuturnya Senin, (3/9/2018).

"Sentimen selanjutnya pada awal bulan investor akan terfokus pada data indeks kinerja sektor manufatur, indeks harga produksi dan indeks kinerja sektor jasa," tambah dia.

Dia juga menyebutkan, data tingkat inflasi dan pertumbuhan kinerja sektor manufaktur ikut menjadi sentimen dari dalam negeri.

Pada kesempatan ini, saham-saham yang dapat dicermati menurut Lanjar antara lain adalah PT Aneka Tambang Tbk, PT Charoean Pokphand Indonesia Tbk, PT Indika Energy Tbk, PT Surya Semester Internusa Tbk, PT Malindo Feedmil Tbk, dan juga PT Trada Alam Minera Tbk.

IHSG mampu lanjutkan penguatan selama sepekan. Hal ini didorong kepercayaan investor di negara berkembang.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (1/9/2018), IHSG menguat 0,8 % dari posisi 5.968 pada 24 Agustus 2018 menjadi 6.018 pada 31 Agustus 2018.

Penguatan IHSG tersebut didorong saham berkapitalisasi besar yang masuk indeks LQ45 menguat 1,3 % dan saham kapitalisasi kecil mendaki 0,7 %.

Penguatan IHSG juga didukung dari aksi beli investor asing capai USD 71,9 juta atau sekitar Rp 1,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.752 per dolar Amerika Serikat).

Sementara itu, indeks BINDO yang menunjukkan kinerja surat utang cenderung mendatar. Imbal hasil surat utang atau obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik dari 7,94 % menjadi 8,2 %. Nilai tukar rupiah berada di posisi 14.710 per dolar AS. Hingga Rabu, investor asing beli obligasi sekitar USD 78,9 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun.

Ada sejumlah faktor yang pengaruhi pasar keuangan termasuk IHSG dalam sepekan. Dari eksternal, sentimen perang dagang masih jadi sorotan. Pelaku pasar mencermati penerapan pengenaan tarif impor barang China oleh Amerika Serikat senilai USD 200 miliar yang mungkin dilakukan pada pekan depan.

Hal ini terjadi usai pertemuan dua negara tersebut tidak menemui hasil. China bersiap untuk membalas AS dengan barang yang diimpor dari AS. Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga menyatakan tidak ada waktu untuk mulai kembali perundingan dengan China.

Perusahaan AS dan masyarakat memiliki waktu hingga 6 September untuk mengajukan komentar atas proposal tarif yang diajukan.  Trump akan memberlakukan tarif begitu batas waktu berlalu. Trump juga berbicara seolah-olah Uni Eropa menjadi target berikutnya. "Hampir buruk dengan China, hanya lebih kecil," ujar dia.

Donald Trump juga mengancam akan keluar dari Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization. Ini sangat melemahkan sistem perdagangan global dengan kekuatan Eropa dan AS yang telah membangunnya.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS sedikit lebih kuat dari yang diperkirakan pada kuartal II. Bahkan kinerja pertumbuhan ekonomi AS terbaik dalam hampir empat tahun. Ini seiring pengeluaran bisnis dan impor menurun.

Departemen Perdagangan AS menyebutkan produk domestik bruto AS tumbuh 4,2 % pada kuartal II 2018 dari estimasinya 4,1 %. Bisnis di AS menghabiskan lebih banyak anggaran untuk perangkat lunak dan negara impor lebih sedikit minyak. - SOLID GOLD

sumber : liputan6

Jumat, 31 Agustus 2018

Solid Berjangka | Saham Madusari Murni Melonjak 50 Persen saat Debut di BEI



SOLID BERJANGKA JAKARTA - Saham PT Madusari Murni Indah Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham MOLI pada perdagangan Kamis (30/8/2018) di Bursa Efek Indonesia. Saham MOLI melonjak pada perdagangan perdana.

Mengutip data RTI, saham MOLI naik 50 % atau 290 poin ke posisi Rp 870 per saham dari harga saham perdana yang ditawarkan dalam initial public offering atau penawaran saham perdana di posisi Rp 580 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 20 kali dengan nilai transaksi Rp 167,4 miliar.

PT Madusari Murni Indah Tbk lepas 351 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 kepada publik. Harga saham IPO Rp 580 per saham. Total dana yang diraup dari hasil IPO sekitar Rp 203,58 miliar.

Perseroan menawarkan saham perdana pada 27 Agustus 2018. Penjatahan dan pengembalian uang pemesanan pada 29 Agustus 2019. Pencatatan saham di BEI pada 30 Agustus 2018.

Adapun yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek PT Sucor Sekuritas. Perseroan mengadakan program ESA dengan alokasikan saham sebesar 3,29 juta saham atau 0,94 % dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan.

Perseroan akan menggunakan dana IPO sekitar 94,45 % untuk meningkatkan kapasitas produksi etanol dengan bangun pabrik baru dan pembelian mesin. Sisanya akan digunakan untuk membangun gudang penyimpanan etanol di Jawa Timur.

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia berkolaborasi dengan PT Pakuwon Jati Tbk dan PT Danareksa Sekuritas, meresmikan Galeri Investasi BEI yang ke-400 di seluruh provinsi di Indonesia.

Galeri investasi BEI yang pertama kali berlokasi di pusat perbelanjaan modern atau mall di Surabaya.

Peresmian GI BEI ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mencari informasi terkait pasar modal di lokasi yang lebih strategis dan mudah dijangkau oleh khalayak.

Melansir dari keterangan resmi BEI, Rabu 15 Agustus 2018, GI BEI PT Pakuwon Jati Tbk ini berlokasi di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza 2. Galeri investasi itu setiap harinya untuk umum, dengan jam operasional sesuai dengan jam Bursa dan jam operasional PT Danareksa Sekuritas.

Peresmian GI BEI ini merupakan yang ke-81 di tahun 2018 dan ke-57 di Provinsi Jawa Timur.

Galeri Investasi BEI di Surabaya ini diresmikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, didampingi oleh Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan I Djustini Septiana, dan Kepala Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional 4 Jawa Timur Heru Cahyono.

Kemudian hadir pula Direktur Utama BEI Inarno Djayadi, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Friderica Widyasari Dewi, Direktur Utama PT Pakuwon Jati Tbk A. Stefanus Ridwan S. serta Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Jenpino Ngabdi.

Dengan didirikannya galeri investasi BEI ini, diharapkan akan meningkatkan minat masyarakat untuk mengenal lebih jauh terkait investasi saham dan instrumen pasar modal lainnya, karena lokasinya yang strategis yang memberikan kemudahan akses informasi pasar modal di sentra perbelanjaan di Kota Surabaya, Jawa Timur.

Sebagai informasi, sampai dengan 31 Juli 2018, total Single Identification Number di Jawa Timur adalah 87.060, menjadikan provinsi tersebut salah satu destinasi investasi yang menarik bagi calon investor.

Adapun lima besar kota di Jawa Timur dengan jumlah SID terbanyak adalah kota Surabaya 35.431 SID, diikuti dengan Malang 9.825 SID, Sidoarjo 7.862 SID, Kediri 4.315 SID, dan Gresik 2.987 SID. - SOLID BERJANGKA

sumber : liputan6

Rabu, 29 Agustus 2018

PT Solid Gold Berjangka | 3 Kesalahan yang Bahayakan Keuangan Anda



PT SOLID GOLD BERJANGKA JAKARTA - Bukan pendapatan yang membawa kebebasan finansial, tetapi keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran yang membantu Anda mencapainya.

Orang bekerja keras untuk memenuhi aspirasi, tetapi beberapa kesalahan dapat membahayakan semua upaya mereka. Meskipun memiliki penghasilan yang memadai, orang merasa sulit menabung untuk tujuan masa depannya.

Berikut adalah kesalahan paling umum yang menjadi kendala dalam mencapai kebebasan finansial, seperti dikutip dari Laruno:

1. Manajemen arus kas yang buruk

Orang hanya menghasilkan dan membelanjakan tanpa melihat tujuan keuangan masa depan mereka. Jika Anda miskin dalam mengelola arus kas Anda, maka kemungkinan saldo bank Anda akan menjadi nol jauh sebelum akhir bulan. Kurangnya disiplin dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan.

Arus kas dapat dikelola dengan menulis anggaran bulanan. Begitu Anda menulis anggaran, Anda akan dapat mengidentifikasi dan mengendalikan pengeluaran yang tidak begitu penting.

2. Hidup di luar kemampuan

Orang cenderung hidup di masa sekarang daripada mengkhawatirkan masa depan. Meskipun kenikmatan adalah bagian integral dari kehidupan, namun itu tidak harus dicapai dengan membahayakan keuangan Anda.

Manusia rentan terhadap tekanan masyarakat yang membuat mereka melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi manajemen uang mereka. Perilaku ini dapat dikendalikan dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Uang harus dibelanjakan dengan bijaksana untuk memuaskan keinginan, tetapi setelah semua kebutuhan termasuk menabung dan berinvestasi untuk masa depan terpenuhi dengan baik.

3. Tidak ada upaya untuk meningkatkan penghasilan

Dana yang tidak mencukupi adalah alasan utama untuk tidak menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Dengan tidak ada aliran masuk yang memadai, Anda harus berkompromi dengan tabungan dan investasi untuk mengurus pengeluaran tetap dan tidak tetap.

Anda harus berpikir untuk meningkatkan penghasilan jika tidak memadai. Anda harus meningkatkan diri untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan. Peningkatan dapat berupa peningkatan pekerjaan, peningkatan pengetahuan, atau menjelajahi jalan baru untuk mendapatkan uang.

Munculnya teknologi telah membuka jalan untuk mendapatkan penghasilan. Anda dapat menjelajahi peluang baru sambil tetap melanjutkan pekerjaan utama Anda. - PT SOLID GOLD BERJANGKA

sumber : liputan6