Head Office PT. Solid Gold Berjangka

Jl. KH. Mansyur Kav. 126, Jakarta Pusat 10220 Telp : 021-29675088 (Hunting), Fax : 021-29675089

PT. Solid Gold Berjangka Lampung

Jl. Ahmad Yani No. 55, Tanjung Karang - Bandar Lampung 35117 Telp : 0721-255038, Fax : 0721-255027

PT. Solid Gold Berjangka Palembang

Jl. Sumpah Pemuda Blok 1 No. 7 C-E, Lorok Pakjo, Palembang 30137 Tel : 0711-363300 Fax : 0711-363613

PT. Solid Gold Berjangka Makassar

Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 108 A-B, Makassar 90124 Telp : 0411-851010, Fax : 0411-851090

PT. Solid Gold Berjangka Semarang

Gedung Menara SUARA MERDEKA Lt. 3. Jl. Pandanaran No. 30 Semarang 50134 Telp : 024-3583979, 3583980 Fax : 024-3583978

Senin, 17 September 2018

Solid Gold | Bank Mandiri Salurkan KUR Rp 11,83 Triliun hingga Agustus 2018



SOLID GOLD JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk terus merealisasikan komitmen dalam membangun ekonomi kerakyatan melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat.

Pada periode Januari-Agustus 2018, perseroan telah menyalurkan KUR sebesar Rp 11,83 triliun kepada 179.249 debitur. Adapun target penyaluran KUR Bank Mandiri tahun ini adalah Rp 17,56 triliun, naik dari Rp 14,56 triliun, menyusul penyesuaian plafon KUR oleh Kementerian Koordinator Perekonomian pada 24 Agustus 2018 lalu.

Dengan demikian, Bank Mandiri telah menyalurkan sekitar 67 % dari target KUR tahun ini. "Dengan konsistensi dalam menyalurkan KUR, kami berharap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas dalam keterangan tertulis, Jumat (7/9/2018).

Rohan menjelaskan, penyaluran KUR Bank Mandiri juga telah sesuai dengan amanah pemerintah yang mewajibkan minimal 50 % KUR disalurkan ke sektor produksi pada 2018.

"Di sektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan, dan jasa produksi, penyaluran KUR kami telah mencapai 49,83 % atau Rp 5,9 triliun kepada 84.100 debitur," kata dia.

Dari nilai tersebut, KUR sebesar Rp 2,23 triliun diteruskan kepada sektor pertanian, dan Rp 3,13 triliun ke sektor jasa produksi. Adapun, KUR sebesar Rp 514 miliar disalurkan ke industri pengolahan dan Rp 31 miliar ke sektor perikanan. Sedangkan KUR yang disalurkan ke sektor non produksi, yakni perdagangan mencapai Rp 5,93 triliun kepada 95.149 debitur.

Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk berencana menerbitkan obligasi sebagai bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan I tahap III 2018 dengan target indikatif total sebesar Rp 3 triliun. PUB I tahap III Tahun 2018 ini adalah bagian dari PUB I Bank Mandiri dengan total Rp 14 Triliun.

Pada 2016 dan 2017, perseroan telah menerbitkan obligasi sebesar total Rp 11 triliun yang terbagi dalam dua tahap. Pada PUB I tahap I 2016 perseroan menerbitkan obligasi Rp 5 triliun dan pada PUB I tahap II Tahun 2017 sebesar Rp 6 triliun.

Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri Tbk, Darmawan Junaidi mengatakan, penerbitan obligasi  untuk memperkuat struktur pendanaan bank dan ekspansi kredit perusahaan.

Dalam penerbitan ini, Darmawan menyebutkan, perseroan telah menunjuk enam perusahaan penjamin emisi, yakni Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.

Darmawan menambahkan, PUB I tahap III ini akan diterbitkan dengan tenor 5 tahun dengan kisaran kupon 7,75 % - 8,50 %.

Rencananya, penawaran awal PUB I tahap III Bank Mandiri ini dimulai pada 8 – 24 Agustus 2018, dengan penawaran umum diperkirakan pada 14 – 17 September 2018. - SOLID GOLD

sumber : liputan6

Jumat, 14 September 2018

Solid Berjangka | Lebih dari 5.000 Polisi Amankan Pertemuan IMF-Bank Dunia, Oktober Nanti


SOLID BERJANGKA JAKARTA - Sebanyak 5.823 personel dari Kepolisian Daerah Bali, satuan wilayah dan Mabes Polri akan dikerahkan untuk mengamankan pertemuan IMF-Bank Dunia (World Bank). Acara tahunan itu akan berlangsung di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018.

"Jumlah personel dalam rangka pengamanan pertemuan IMF-Bank Dunia dari Polda Bali maupun satwil kurang lebih 5.800," ujar Wakapolda Bali Brigjen Pol I Wayan Sunartha di Polda Bali, Denpasar, seperti dilansir dari Antara, Jumat (14/9/2018).

Untuk rincian, Polda Bali akan menurunkan 2.509 personel, didukung 2.650 satwil dan 664 personel dari Mabes Polri.

Wakapolda menuturkan simulasi pengamanan pertemuan IMF-Bank Dunia juga sudah dilaksanakan melalui tactical game yang melibatkan semua personel.

Tidak hanya melakukan pengamanan untuk tamu VIP saat berjalannya kegiatan yang akan dihadiri perwakilan dari 189 negara itu, Wayan Sunartha mengatakan Polda Bali juga membentuk tim subsatgas untuk meningkatkan pengamanan di setiap wilayah lebih awal.

Ditlantas Polda Bali pun mengantisipasi kemacetan, khususnya pada pada saat pelaksanaan makan malam di Garuda Wisnu Kencana pada 12 September 2018 yang akan diikuti 2.500 delegasi.

Jalur dari penginapan di Nusa Dua sampai GWK merupakan jalan satu arah yang padat penduduk serta dikunjungi banyak wisatawan mancanegara dan domestik sehingga harus diwaspadai.

"Ini yang perlu kita waspadai dan sudah digladikan bagaimana kesiapan di lapangan. Mudah-mudahan semua bisa berjalan dengan lancar," kata Sunartha.

Sekitar 600 CCTV yang tersebar di berbagai titik di Bali terhubung dengan pusat komando di Polda Bali kian memudahkan pengawasan ketertiban. - SOLID BERJANGKA

sumber : liputan6

Kamis, 13 September 2018

PT Solid Berjangka | Ekonomi Venezuela Lumpuh Gara-Gara Mata Uang Baru



PT SOLID BERJANGKA JAKARTA - Aktivitas di Venezuela terhenti pada Selasa 21 Agustus 2018 seiring Venezuela mencoba untuk beradaptasi dengan mata uang yang baru diperkenalkan.

Ribuan aktivitas bisnis ditutup untuk beradaptasi dengan "sovereign bolivar". Akibatnya banyak pekerja tinggal di rumah.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro meluncurkan uang kertas baru pada Senin 20 Agustus 2018 kemudian menilai kembali dan mengganti nama mata uang bolivar lama. Presiden Maduro pun mengumumkan sebagai libur bank pada Senin. Banyak pekerja libur pada hari kerja.

Pemerintah menilai, langkah itu untuk atasi inflasi yang melaju. Akan tetapi, ahli melihat hal tersebut membuat krisis lebih buruk. Mata uang tersebut mulai beredar pada Selasa. Demikian kutip laman BBC, Rabu (23/8/2018).

Kota-kota di seluruh Venezuela hampir kosong karena orang-orang berjuang mendapatkan uang kertas baru negara itu.

"Saya tidak dapat menemukan mesin uang tunai karena semua bank ditutup hari ini," ujar Jose Moreno, seorang pensiunan, seperti dikutip dari laman Reuters.

Ia pun mengeluhkan layanan publik yang disfungsional secara kronis. "Tidak ada uang, tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada apa-apa," kata dia.

Pasar gelap Venezuela yang menggunakan dolar AS pun dibekukan oleh perubahan mata uang di tengah ketidakpastian dan kebingungan ekonomi.

Sebelumnya, pemerintah juga umumkan beberapa perubahan ekonomi penting lainnya antara lain menaikkan upah minimum baru sebesar 34 kali dari sebelumnya yang mulai 1 September, menaikkan PPN, dan memangkas subsidi bahan bakar.

Presiden Maduro menyatakan, sovereign bolivar akan terikat dengan mata uang virtual Petro. Akan tetapi, AS melarang warganya untuk berdagang di dalamnya.

"Menyelamatkan bolivar ke Petro adalah menambatkannya tanpa apa-apa," ujar Ekonom Luis Vicente Leon.

Koresponden BBC Will Grant menyebutkan, sejumlah orang di oposisi menyerukan pemogokan tetapi banyak orang hanya tinggal di rumah karena ketidakpastian. Hal itu lantaran terlalu khawatir tentang bagaimana arti mata uang bagi Venezuela.

Hasilnya Venezuela menjadi negara yang lumpuh. Kebingungan dari penguasa di negara kaya minyak secara historis. Venezuela pun menjadi sangat tidak stabil.

Hingga kini, tidak ada laporan tentang protes dan kekerasan yang signifikan. Akan tetapi, ada peningkatan penyebaran pasukan keamanan di seluruh negeri untuk peluncuran bolivar baru.

Presiden Maduro menuturkan, langkah itu akan menjadi penyelamat ekonomi dan atasi hiper inflasi.

Namun, orang biasa tidak percaya kepadanya dan khawatir akan masa depan. Hal itu memberikan tekanan yang lebih besar pada negara tetangga yang berjuang hadapi eksodus jutaan orang Venezuela.

Adapun mata uang baru ini memangkas lima nol dari mata uang lama bolivar. Ini artinya secangkir kopi senilai 2,5 juta bolivar di Caracas bulan lalu sekarang biaya 25 sovereign bolivars.

Namun, masyarakat di Caracas mengatakan kalau dibatasi untuk menarik 10 sovereign bolivars pada Selasa pekan ini dari  mesin uang tunai.

Tak hanya terguncang dari peluncuran mata uang baru, Venezuela juga diguncang oleh gempa kuat di sepanjang pesisir utara yang dirasakan di Caracas pada Selasa waktu setempat.

Ahli seismologi AS melaporkan gempa berkekuatan 7 dengan episentrum di timur Venezuela. Sedangkan Venezuela mencatat gempa berkekuatan 6,3 skala richter. - PT SOLID BERJANGKA

Sumber : Liputan6

Rabu, 12 September 2018

PT Solid Gold Berjangka | Kesepakatan Brexit Dorong Kenaikan Harga Emas



PT SOLID GOLD BERJANGKA JAKARTA -  Harga emas naik pada perdagangan Senin karena adanya harapaan selesainya kesepakatan Brexit lebih cepat dari perkiraan awal. Harapan tersebut mendorong kenaikan nilai tukar sterling dan euro dan membuat harga emas lebih murah untuk pembeli di Inggris dan Zona Euro.

Mengutip Reuters, Selasa (11/9/2018), harga emas di pasar spot naik 0,1 % ke level USD 1.195,91 per ons pada pukul 1.41 siang waktu New York. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 60 sen atau 0,1 % ke level USD 1.199,80 per ounce.

Pendorong penguatan harga emas karena adanya penyelesaikan kesepakatan Brexit. Kepala juru runding Uni Eropa Michel Barnier mengatakan, kesepakatan tentang keluarnya Inggris dari blok Eropa akan realistis dalam enam hingga delapan minggu ke depan.

Harga emas pun secara perlahan mulai menguat setelah sebelumnya mengalami tekanan yang sangat dalam.

Emas telah anjlok lebih dari 12 % dari level tertinggi di USD 1.365,23 per ounce yang dicetak pada April karena sengketa perdagangan.

Melemahnya mata uang negara berkembang dan meningkatnya suku bunga AS telah mendorong reli dolar AS sehingga menekan harga emas.

Harga emas juga sempat merosot di awal perdagangan Senin karena investor mencari keamanan dalam dolar AS karena adanya ketegangan perang dagang.

Rilis data tenaga kerja dan upah Amerika Serikat diperkirakan pengaruhi gerak harga emas pada pekan ini.

Dengan kenaikan upah di AS akan menjadi pertimbangan bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Hal tersebut akan berdampak terhadap harga emas.

Pada Jumat pekan lalu, rilis data tenaga kerja pada Agustus mendorong harga emas di bawah posisi USD 1.200 per ounce. Harga emas untuk pengiriman Desember ditransaksikan di posisi USD 1.200,40 per ounce. Ini akan pengaruhi harga emas pada pekan ini.

"Harga emas akan melemah dan coba level terendah pada pekan ini. Jangan terkejut bila sentuh USD 1.183 dalam jangka pendek," ujar Head of Global Strategy TD Securities, Bart Melek, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (10/9/2018).

Harga emas berbalik arah menyusul laporan tenaga kerja AS dari Agustus yang bertambah 210 ribu. Sementara tingkat pengangguran tetap di 3,9 %. Sementara itu, rata-rata upah naik 0,4 % pada Agustus 2018. Sedangkan kenaikan gaji tahunan menjadi 2,9 % yang termasuk pertumbuhan terkuat dalam sembilan tahun.

"Pertumbuhan upah secara riil juga jadi katalis menekan inflasi. Suku bunga the Fed akan naik bertahap. Kami berpikir hal itu tidak terlalu menekan emas. Namun, sulit melihat reli harga emas secara signifikan sementara the Fed tidak mundur," tutur Melek.

Sementara itu, Ekonom Capital Economics, Paul Ashworth menuturkan, rata-rata penghasilan per jam naik merupakan berita besar bagi the Federal Reserve.

"Ini jelas menunjuk pada kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan the Federal Reserve berikutnya. Kemungkinan akan naik 25 basis poin. The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi," ujar dia. The Fed memperkirakan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi," ujar dia. - PT SOLID GOLD BERJANGKA

sumber : liputan6

Senin, 10 September 2018

Solid Gold | Perputaran Uang saat Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali Capai Rp 880 Miliar



SOLID GOLD JAKARTA - Menuju Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia yang diseleggarakan di Bali pada 12-14 Oktober, BNI mendapat kepercayaan dari Panitia Nasional sebagai bank yang beroperasi secara penuh di main campus atau lokasi utama penyelenggaraan di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali.

Tidak hanya itu, BNI pun terpilih sebagai menjadi Official Bank Partner yang bertanggung jawab melayani cash management bagi Panitia Nasional.

Nantinya, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral seluruh dunia yang hadir di Bali akan menggunakan kartu Debit Virtual Account yang diterbitkan BNI. Virtual Account BNI ini didukung oleh teknologi dan sistem yang memungkinkan pemilik rekening untuk memantau setiap transaksi dari setiap rekening virtualnya, sekaligus mengelola rekening Virtual Account-nya.

"Melalui Portal, pemilik rekening dapat dengan mudah mengaktivasi & menonaktifkan rekening virtual account yang terafiliasi dengan Kartu Debit. Dengan kemampuan tersebut, Kartu Debit Virtual Account sangat cocok dipergunakan sebagai Kartu Debit Corporate, karena perusahaan dapat memantau & mengendalikan pengeluaran perusahaan, seperti perjalanan dinas pegawai atau pengeluaran operasional kantor cabang,” jelas Corporate Secretary BNI Kiryanto pada Minggu (9/9/2018) di Jakarta.

Infrastruktur pelayanan yang maksimal pun telah dipersiapkan BNI. Ini untuk menunjukkan pada pemimpin dunia bahwa Indonesia memiliki kualitas layanan kelas dunia.

Di antara infrastruktur yang dipersiapkan adalah Infrastruktur pelayanan perbankan yang telah disiapkan BNI meliputi penyediaan kantor Cabang, ATM, mesin Electronic Data Capture, Money Changer, dan Automotive Branch (OBranch).

Saat Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia tersebut berlangsung, Kantor Layanan BNI tetap dapat melayani nasabah BNI, sekaligus melayani 15.000 peserta Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia. Layanan utama yang diperkirakan akan banyak dibutuhkan oleh anggota delegasi adalah transaksi penarikan uang, layanan money changer, dan remittance.

"Untuk mengantisipasi antrian yang mungkin terjadi, selain outlet dan ATM yang telah ada pada venue utama, kami juga menyiapkan ATM tambahan dan OBranch di kawasan utama. Di pulau Bali sendiri, BNI mempunyai 515 ATM dari total 18.152 ATM yang ada di seluruh Indonesia,” jelas Kiryanto.

Walaupun ada pihak yang skeptis terhadap dampak positif dari pertemuan tersebut, tetapi Kiryanto menjelaskan bahwa Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia ini akan memberikan efek positif bagi perekonomian Indonesia khususnya di daerah Bali dan destinasi wisata yang dimilikinya.

Diperkirakan total perputaran uang selama acara berlangsung adalah sebesar Rp 880 miliar yang berasal dari transaksi di restoran, hotel, transportasi, dan pembelanjaan. “Lebih dari 8.800 EDC telah kami siapkan untuk mendukung tranksaksi pembelanjaan di Bali, baik yang menggunakan kartu lokal maupun kartu kredit dari Bank Luar negeri,” ucapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan para delegasi dan peserta Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia dalam hal penukaran uang, BNI telah siap melayani penukaran uang dengan dukungan 51 kantor di Pulau Bali. “Kami juga menambahkan booth-booth money changer di beberapa hotel juga layanan bank berjalan atau Obranch di titik-titik kegiatan peserta di Kawasan Nusa Dua,” tambah Kiryanto. - SOLID GOLD

sumber : liputan6

Jumat, 07 September 2018

Solid Berjangka | 3 Alasan Pelemahan Rupiah Saat Ini Berbeda dengan 1998



SOLID BERJANGKA JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus bergerak melemah. Pada perdagangan Selasa ini, rupiah menyentuh angka 15.000 per dolar AS yang merupakan level terendah dalam 20 tahun terakhir.

Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-­isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Denni Puspa Purbasari menjelaskan, meskipun pelemahan rupiah semakin dekat dengan level pada saat krisis moneter 1998, tetapi rupiah saat ini sebenarnya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan situasi saat krisis, dua dekade silam tersebut.

Menurut Denni, setidaknya, ada tiga alasan yang menjadi buktinya. Berikut penjelasannya:

1. Pelemahan tidak drastis

Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini relatif berlangsung secara perlahan dan tidak drastis. Sejak awal tahun hingga level terendahnya, rupiah melemah 9,3 %. Hal ini sangat berbeda dengan saat krisis 1998.

Tahun itu, pada 17 Juni, rupiah mencapai level terendahnya, 15.250 per dolar AS. Dihitung dari sejak awal tahun, nilai tukar rupiah terjun 124,39 %.

"Volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama krisis 1998 juga sangat tinggi dan bergerak dalam rentang yang lebar," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (4/9/2018).

Perinciannya, pada 1997, rupiah bergerak di kisaran 2.362 – 5.850 per dolar AS. Adapun, fluktuasi harga harian sepanjang tahun itu bisa menguat 12,26 % dan melemah 13,21 %.

Tahun 1998, rupiah bergerak pada rentang 5.650 – 15.250 per dolar AS. Dalam satu hari, rupiah bisa menguat 20,66 % atau melemah 24,11 %.

Nilai rupiah yang terjun bebas, diikuti dengan fluktuasi yang tinggi, ketika itu membuat hitungan bisnis kacau dan masyarakat panik.

Berbeda dengan kondisi sekarang, di mana pelaku usaha seharusnya masih bisa menyerap efek dari pelemahan rupiah yang tidak drastis dengan volatilitas yang relatif tidak terlalu tinggi.

2. Cadangan Devisa Jauh Lebih Besar

Kendati turun dari posisi akhir tahun 2017, posisi cadangan devisa saat ini masih jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi saat krisis 1998.

Saat itu, cadangan devisa Indonesia hanya mencapai US$ 23,61 miliar. Sedangkan, per akhir Juli 2018, cadangan devisa mencapai US$ 118,3 miliar. Itu berarti, lima kali lipat lebih besar ketimbang cadangan devisa 20 tahun silam.

Dengan cadangan devisa yang jauh lebih besar, bank sentral memiliki lebih banyak “modal” untuk meredam gejolak nilai tukar.

"Melihat pelemahan hari ini, misalnya, BI turun mengintervensi pasar sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu dalam," kata dia.

Singkatnya, masyarakat, termasuk pelaku pasar dan dunia usaha, tidak perlu khawatir rupiah akanterpuruk. Sebab, Bank Indonesia ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.

Di samping itu, pemerintah turut mendukung kebijakan Bank Indonesia dalam mengawal rupiah.

“Pemerintah tidak akan mengintervensi Bank Indonesia. Pemerintah terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan),” ujar Denni.

3. Kepercayaan Investor Masih Kuat

Minat investasi asing terhadap surat utang suatu negara merupakan salah satu indikator yang secara tidak langsung memperlihatkan baik buruk kondisi makroekonomi suatu negara. Logikanya, tidak ada investor yang mau menempatkan uangnya di negara yang tengah sakit.

Ketika bank sentral AS mengerek suku bunga, memang terlihat investor asing menarik dananya dari pasar surat utang Indonesia. Namun, sejak awal bulan ini, asing kembali masuk ke pasar surat utang.

Bahkan, per akhir pekan lalu, asing mencatatkan beli bersih Surat Berharga Negara sebesar Rp 6,92 triliun. Itu berarti, kepercayaan investor asing terhadap Indonesia masih kuat. Ini memberi harapan, nilai rupiah ke depan akan cenderung stabil atau tidak akan jatuh terlalu dalam.

Memperkuat keyakinan itu, lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings mengafirmasi peringkat BBB untuk surat utang Indonesia dengan outlook stabil. Peringkat ini menunjukkan Indonesia termasuk di dalam kategori layak investasi.

“Pemerintah akan memastikan bahwa fiskal bukan sumber dari ketidakpasatian,” Denni menegaskan.
- SOLID BERJANGKA

Sumber : liputan6

Kamis, 06 September 2018

PT Solid Berjangka | Jaga Rupiah, BI Intervensi Pasar Rp 11,9 Triliun



PT SOLID BERJANGKA JAKARTA - Bank Indonesia sudah intervensi di pasar surat berharga negara dengan melakukan pembelian kembali mencapai Rp 11,9 triliun. Hal itu disampaikan Bank Indonesia saat rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Komisi XI DPR RI memanggil jajaran Bank Indonesia perihal kondisi rupiah saat ini. Mata uang Garuda tersebut nilainya terus merosot terhadap dolar Amerika Serikat.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan kondisi nilai tukar rupiah terkini. Perry menjelaskan, rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat disebabkan oleh faktor eksternal.

Faktor yang dimaksud adalah kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak. Ekonomi AS menguat dan terus menaikkan suku bunga acuannya sementara negara lain melemah.

Selain itu, perang dagang yang terjadi antara AS dan China juga telah memicu pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Pola ekonomi dunia memang didasarkan kuatnya ekonomi AS, sementara negara-negara lain mengalami perlambatan, ini kenapa dolar AS kuat dan yang lain lemah," kata Perry di ruang rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Dalang utama pelemahan rupiah adalah keagresifan The Federal Reserve (The Fed) yaitu bank sentral AS yang terus menaikkan suku bunga acuannya.

Pada 2018, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya lebih dari perkiraan pasar yaitu sebanyak empat kali sepanjang 2018. Padahal, prediksi awal The Fed hanya akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali. Selain itu, US treasury bond juga meningkat semula kisaran dua % sekarang sudah menjadi tiga %.

Hal tersebut otomatis membuat para investor tergoda dan menarik dana mereka di negara-negara berkembang dan memindahkannya ke negeri Paman Sam tersebut. Otomatis persediaan Dolar di negara-negara berkembang menjadi berkurang.

"Ini juga semakin dorong investor global pindahkan portofolionya ke AS. Ini faktor-faktor yang sebabkan dolar kuat secara luas," ujar dia.

Selain faktor eksternal, ada juga faktor internal yang turut melemahkan posisi rupiah terhadap dolar AS. Yaitu membengkaknya defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit.

Sebagai informasi, CAD saat ini sudah mencapai tiga % dari Produk Domestik Bruto. Data Bank Indonesia menunjukkan defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.

Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 1,96 % dan juga lebih besar dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,2 % dari PDB atau USD 5,5 miliar.

Sementara itu, sepanjang 2017 Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan sebesar 1,7 % dari GDP tahun 2017.

Sementara negara berkembang lainnya yang mengalami defisit, antara lain Argentina defisit 4,8 %, India defisit 1,9 %, Brazil defisit 0,48 %, Filipina defisit 0,8 %, Turki defisit 5,5 %, dan Afrika Selatan defisit 2,5 %.

Jika CAD membengkak, otomatis kebutuhan akan valuta asing (valas) akan meningkat dimana hal tersebut bisa semakin membuat Rupiah terkapar di pasar. "Makanya fokus kita tangani adalah kondisi CAD, ini yang harus menjadi fokusnya,” ujar dia.

Sebagai otoritas moneter RI, BI juga tidak berpangkau tangan saja. Dalam kondisi saat ini BI sudah meningkatkan intensitas intervensi pasarnya. Perry mengungkapkan, terhitung hingga saat ini BI telah mengeluarkan dana sebanyak Rp 11,9 triliun.

"Kalau kita lihat, Kamis, Jumat, Senin, kita juga sudah lakukan , Kamis sudah Rp 3 triliun, Jumat Rp 4,1 triliun , Senin Rp 3 triliun, kemarin  Rp 1,8 triliun," ujar dia.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan pihaknya tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di pasar.

"Saya menegaskan komitmen BI sangat kuat jaga stabilitas ekonomi termasuk nilai tukar Rupiah," kata Perry di mesjid kompleks BI, Jumat 31 Agustus 2018.

Dia mengungkapkan BI telah meningkatkan intensitas intervensinya di pasar. "Khusunya dalam dua hari ini kita meningkatkan volume intervensi valas bahkan sejak kemarin dari pagi sampai sore kita lakukan intervensi di pasar valas," ujar dia.

Selain itu, dia juga mengungkapkan BI telah memborong Surat Berharga Negara dari pasar sekunder. "Tadi pagi menjelang jam 11 berapa yang kita beli 3 Triliun itu hampir semua yang dijual asing kita beli," ungkapnya.

BI juga akan melakukan lelang swap dengan target cukup besar dalam rangka langkah - langkah stabilisasi Rupiah.

"Hari ini kita juga terus secara buka lelang fx swap target 400 juta isnyaalah yang masuk lebih besar dari itu. Setiap hari kita juga buka window mengenai swap hedging dan itu terus kita lakukan."

Dia menegaskan BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi menjaga stabilitas sistem keuangan dalam negeri.

"Dan koordinasi secara erat dengan kemenkeu dan OJK pastikan stabilitas sistem keuangan, stabulitas nilai tukar tetap terjaga."

Selain itu, dia juga meyakinkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. "Yakinkan bahwa kondisi ekonomi kita  kuat dan tahan, dan tentu saja kita akan tetap wasapdai apa yang terjadi di negara lain seperti Turki dan Argentina sejauh ini kami tentu saja ketahan ekonomi kita cukup kuat." - PT SOLID BERJANGKA

sumber : liputan6

Rabu, 05 September 2018

PT Solid Gold Berjangka | Pelemahan Rupiah 2018 Tak Separah Krisis 1998



PT SOLID GOLD BERJANGKA JAKARTA -  Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika menyatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang saat krisis 1998. Meski nilai tukar rupiah saat ini tengah melemah ke level 14.800 per dolar Amerika Serikat.

"Jika dibandingkan 1998, seperti yang kerap dirujuk oleh banyak pengamat, situasinya tentu sangat berbeda," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6 di Jakarta, Selasa (4/9/2018).

Erani mengatakan, saat krisis 1998, hampir seluruh indikator ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang tidak baik. Contohnya, pertumbuhan ekonomi yang minus dan inflasi yang melambung tinggi.

"Pertumbuhan pada tahun tersebut minus 13,1 %, ekonomi betul-betul berkabut tebal. Nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.650 per dolar padahal IHSG pada saat itu hanya 256, sekarang terus tumbuh menjadi 5.700-an. Dan inflasi melambung sampai 82,4 %," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, saat 1998 cadangan devisa Indonesia hanya USD 17,4 miliar dollar dan kredit bermasalah atau Nonperforming Loan luar biasa tinggi hingga 30 %.

"Dan CAR minus 15,7 % sektor perbankan amat rapuh. Itu masih ditambah dengan suku bunga acuan BI yang mencapai 60 % dan rasio utang terhadap PDB sebesar 100 %," ungkap dia.

Melihat data tersebut, lanjut Erani, secara keseluruhan situasi yang terjadi sekarang ini dalam koridor ekonomi yang terkelola dengan baik, terlebih bila dibandingkan dengan 1998.

"Pemerintah dan BI terus memonitor kondisi ekonomi dan bertekad untuk memerbaiki defisit transaksi berjalan agar tekanan terhadap pelemahan rupiah makin berkurang. Beberapa kebijakan sudah diambil dan terus ditambah mengikuti dinamika ekonomi yang terjadi. Saling bergandengan tangan dan menumbuhkan sikap positif akan sangat membantu penguatan ekonomi nasional ke depan," tandas dia.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Namun pelemahan rupiah ini tidak terlalu dalam jika dibandingkan mata uang di beberapa negara lain.

Dikutip dari data Reuters, dari awal tahun hingga Akhir Agustus atau year to date, rupiah hanya melemah 8,4 %. Angka tersebut lebih kecil jka dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Untuk periode yang sama, rupe India mengalami 10,4 % dan Rubel Rusia tertekan hingga 15,1 %. Tak hanya negara tersebut, mata uang rand Afrika Selatan melemah hingga 16,7 %.

Sedangkan untuk mata uang real Brasil mengalami tekanan yang cukup dalam mencapai 20,4 %. Untuk Lira Turki pelemahannya hingga 42,9 % dan peso Argentina mencapai 51,1 %.

Sedangkan khusus sepanjang Agustus 2018, rupiah hanya melemah 1,6 %. Jauh di bawah peso yang tercatat 26 % dan lira yang mencapai 25 %.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah ini bukan karena faktor dari dalam negeri tetapi lebih terserah karena faktor eksternal.

"Aksi jual lira Turki dan peso Argentina sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah," jelas dia.

Saat ini memang Turki dan Argentina tengah masih dalam fase ketidakpastian ekonomi. Hal tersebut membuat investor melepas aset-aset beresiko seperti mata uang di negara berkembang termasuk rupiah.

Namun memang, pelemahan rupiah tidak terlalu besar karena kondisi ekonomi makro cukup stabil. Bahkan BI sebelummnya telah melakukan aksi antisipasi dengan menaikkan suku bunga acuan selama beberapa kali.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa seharusnya pelemahan rupiah ini tidak perlu ditakutkan karena stabilitas ekonomi dan keuangan bisa terjaga dengan baik.

"Likuiditas terjaga baik, non performing loan di perbankan Indonesia bahkan menurun dibandingkan 2015 dari 3,2 % menjadi 2,7 %." kata Mirza. - PT SOLID GOLD BERJANGKA

sumber : liputan6