PT SOLID BERJANGKA JAKARTA - Direktur Dana Moneter Internasional atau IMF, Christine Lagarde meminta para pemimpin dunia untuk memperbaiki sistem perdagangan global daripada mencoba meruntuhkannya.
Hal itu disampaikan sebagai bentuk kritik sekaligus solusi atas maraknya kebijakan ekonomi nasionalisme dan proteksionisme beberapa negara, yang kemudian mendorong pemberlakuan tarif tinggi terhadap sejumlah komoditas ekspor-impor.
Kebijakan itu tercermin jelas pada perang dagang Amerika Serikat dan China tahun ini, di mana keduanya saling balas memasang tarif tinggi terhadap impor barang dari masing-masing negara.
Merespons hal tersebut, Lagarde mengatakan, "Kita harus bekerja sama untuk mengurangi dan menyelesaikan sengketa perdagangan saat ini," ujarnya pada Pertemuan IMF-World Bank 2018 di Bali, Senin 8 Oktober 2018, seperti dikutip dari Economic Times (11/10/2018).
"Kita perlu bergandengan tangan untuk memperbaiki sistem perdagangan saat ini dan berupaya untuk tidak menghancurkannya," tambahnya.
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara anggota IMF bertemu di Bali pekan ini di mana kekhawatiran tentang proteksionisme telah menjadi pusat perhatian --khususnya perang dagang yang meningkat antara Amerika Serikat dan China, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping.
Lagarde mengatakan, dia tetap optimis bahwa perselisihan antar negara bisa diselesaikan. Uniknya, Lagarde memberikan contoh tentang suksesnya renegosiasi pemerintahan Trump atas Kesepakatan Pasar Bebas Amerika Utara antara AS, Kanada dan Meksiko baru-baru ini.
"Saya melihat ada keinginan yang jelas untuk meningkatkan dan memperluas perdagangan," katanya Direktur IMF itu.
Menjelang pertemuan di Bali, IMF merilis kajian perkiraan pertumbuhan global dan menemukan sebuah hasil yang tak menggembirakan.
Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi global turun sebanyak 0,2 % menjadi 3,7 persen untuk 2018 dan 2019, disebabkan oleh ketegangan perdagangan, proteksionisme dan meningkatnya tingkat utang sebagai penyebab utama.
Peringatan Lagarde disuarakan oleh Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development Angel Gurria, yang mengatakan bahwa ketegangan perdagangan sudah mulai berdampak sejak 2017.
"Tahun ini pertumbuhannya tidak terlihat bagus, disebabkan oleh tegangnya perdagangan, proteksionisme, dan aksi balasannya," kata Gurria.
Ketika komunitas internasional mulai memasuki periode pemulihan, Gurria menambahkan, "Negara-negara justru mulai melakukan hal-hal ini dan akhirnya memperlambat pertumbuhan." - PT SOLID BERJANGKA
sumber : liputan6
Hal itu disampaikan sebagai bentuk kritik sekaligus solusi atas maraknya kebijakan ekonomi nasionalisme dan proteksionisme beberapa negara, yang kemudian mendorong pemberlakuan tarif tinggi terhadap sejumlah komoditas ekspor-impor.
Kebijakan itu tercermin jelas pada perang dagang Amerika Serikat dan China tahun ini, di mana keduanya saling balas memasang tarif tinggi terhadap impor barang dari masing-masing negara.
Merespons hal tersebut, Lagarde mengatakan, "Kita harus bekerja sama untuk mengurangi dan menyelesaikan sengketa perdagangan saat ini," ujarnya pada Pertemuan IMF-World Bank 2018 di Bali, Senin 8 Oktober 2018, seperti dikutip dari Economic Times (11/10/2018).
"Kita perlu bergandengan tangan untuk memperbaiki sistem perdagangan saat ini dan berupaya untuk tidak menghancurkannya," tambahnya.
Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara anggota IMF bertemu di Bali pekan ini di mana kekhawatiran tentang proteksionisme telah menjadi pusat perhatian --khususnya perang dagang yang meningkat antara Amerika Serikat dan China, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping.
Lagarde mengatakan, dia tetap optimis bahwa perselisihan antar negara bisa diselesaikan. Uniknya, Lagarde memberikan contoh tentang suksesnya renegosiasi pemerintahan Trump atas Kesepakatan Pasar Bebas Amerika Utara antara AS, Kanada dan Meksiko baru-baru ini.
"Saya melihat ada keinginan yang jelas untuk meningkatkan dan memperluas perdagangan," katanya Direktur IMF itu.
Menjelang pertemuan di Bali, IMF merilis kajian perkiraan pertumbuhan global dan menemukan sebuah hasil yang tak menggembirakan.
Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi global turun sebanyak 0,2 % menjadi 3,7 persen untuk 2018 dan 2019, disebabkan oleh ketegangan perdagangan, proteksionisme dan meningkatnya tingkat utang sebagai penyebab utama.
Peringatan Lagarde disuarakan oleh Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development Angel Gurria, yang mengatakan bahwa ketegangan perdagangan sudah mulai berdampak sejak 2017.
"Tahun ini pertumbuhannya tidak terlihat bagus, disebabkan oleh tegangnya perdagangan, proteksionisme, dan aksi balasannya," kata Gurria.
Ketika komunitas internasional mulai memasuki periode pemulihan, Gurria menambahkan, "Negara-negara justru mulai melakukan hal-hal ini dan akhirnya memperlambat pertumbuhan." - PT SOLID BERJANGKA
sumber : liputan6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar